Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

Pangan dikenal juga sebagai makanan pokok jika dikonsumsi (dimakan) secara teratur oleh kelompok penduduk dalam jumlah yang cukup besar untuk menyediakan bagian terbesar dari konsumsi energi total yang dihasilkan oleh makanan. Pangan menurut Suharja et. al. (1985:12) merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan penggan- tian jaringan tubuh yang rusak.

Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, pengganti jaringan, dan mengatur proses-proses di dalam tubuh. Selain ada yang mengartikan sebagai pangan pokok, yaitu bahan pangan yang dimakan secara teratur oleh sekelompok penduduk dalam jumlah yang cukup besar dan untuk menghasilkan sebagian besar sumber energi.

Sistem produksi atau pengadaan pangan, seperti halnya penggunaan pangan oleh tubuh untuk mencapai kebutuhan gizi, adalah kompleks. Penyediaan Pangan merupakan  salah satu masalah kritis yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang di dunia. Dalam sistem agribisnis pangan, pengadaan pangan mempunyai hubungan yang erat dengan kecukupan gizi dan tingkat ekonomi keluarga. Oleh karena itu, dapatlah dijadikan prioritas untuk membantu keluarga petani dan masyarakat pedesaan dalam mengembangkan kecukupan gizi dan ekonominya.


Hasil-hasil pangan memberikan kontribusi yang tinggi dalam mencukupi kebutuhan nutrisi penduduk, seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Berbagai penyakit kurang gizi, dan gangguan kesehatan yang diderita masyarakat ber- penghasilan rendah dan berpendidikan rendah disebabkan rendahnya konsumsi pangan.

Mata rantai sistem manajemen agribisnis pangan meliputi subsistem input (pengadaan saprongan), subsistem process produksi (budidaya), subsistem output (pengolahan/ agroindustri dan pemasaran), dan subsistem jasa penunjang (supporting institution), serta manajemen.

1.  Subsistem Input (Pengadaan Bahan Baku)
Subsistem pengadaan bahan baku merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan dan menghasilkan saprongan (sarana produksi pangan), berupa bibit, pupuk, dan pestisida.

2.  Subsistem Process (Budidaya)
Subsistem usaha produksi, yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan saprongan untuk menghasilkan produk primer, seperti padi-padian, gandum, dan palawija (jagung, kedelai, dan kacang hijau).

3. Subsistem Output (Agroindustri dan Pemasaran)
Subsistem pengolahan merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah produk primer menjadi produk sekunder (olahan), seperti roti, pop cron, kecap, tahu, dan sari/jus kacang hijau. Sedangkan subsistem pemasaran produk berupa  pemasaran produk  primer dan produk sekunder, baik melalui perantara maupun langsung ke konsumen akhir dan instutional market.

4. Subsistem Jasa Pendukung (Supporting System)
Jasa penunjang terdiri atas financial (perbankan), infrastruktur (prasarana dan sarana), research and development (R & D), penyuluhan dan  konsultan pangan, layanan informasi pangan, dan kebijakan pemerintah

5. Manajemen
Penerapan fungsi-fungsi manajemen pada setiap subsistem agribisnis pangan, seperti planning, organizing, directing, controlling, dan evaluation.

Sistem agribisnis pangan dapat dipandang sebagai satu kesatuan manajemen dalam sebuah unit usaha pangan. Misalnya petani kedelai melakukan kegiatan agribisnis sebagai mata rantai manajemen usaha yang menyatu dalam satu unit usaha kedelai. 
  1. Kegiatan pada subsistem pengadaan bahan baku meliputi penyediaan bibit kedelai, pupuk, dan pestisida; 
  2. kegiatan usaha   produksi (budidaya) meliputi penyiapan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan, dan panen; 
  3. kegiatan pemasaran meliputi pemasaran kedelai baik melalui perantara atau  ke  konsumen  akhir;  dan  
  4. kegiatan  jasa  penunjang berupa kredit/modal, R & D, asuransi, konsultan pangan, dan kebijakan pemerintah.

Ditinjau dalam sistem pemasaran di Indonesia, hasil panen kedelai dalam jumlah atau partai besar pada umumnya dapat dijual melalui KUD, meskipun sebagian petani menjual hasil produksinya kepada tengkulak (pengumpul) yang kemudian meneruskannya kepada pedagang besar (grosir/whosaler) dan akhirnya di salurkan ke pabrik-pabrik. Sedangkan partai kecil, pada umumnya cukup dijual atau disalurkan sendiri ke pasar industri rumah tangga (home industry) yang meng-usahakan tahu dan tempe.