SEJARAH TANAMAN KARET DI INDONESIA

Karet (Hevea barasiliesis) merupakan tanaman monokotil yang memiliki dua keping biji. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m dan memiliki batang yang keras (Setiawan dan Andoko, 2005).  Tanaman Karet ditemukan pada Abad 14. Michele De Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika, dalam perjalananya ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah.  Pohon-pohon karet hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika.  Masyarakat dulu memanen latek dengan cara menebang pohon.  Penduduk Indian Amerika juga membuat alat-alat rumah tangga dari getah tersebut dengan cara yang sangat sederhana (Setyamidjaja, 1993). Yang mepublikasikan tanaman karet ini adalah Michele de Cuneo (berkebangsaan Eropa) setelah tanaman karet ditemukan selama 18 tahun. Pada tahun 154 raja charles V meperkenalkan permainan tenis yang menggunakan bola karet sebagai permaian dari dunia baru dengan mengudang beberapa pejabat. Mulai dari sinilah para ahli tertarik untuk menelitinya. Para ilmuan berminat menyelidiki kandugan yang ada didalam lateks dan bertujuan untuk memisahkan. Dengan peralatan sederhana para ilmuwan mampu emisahkan karet menjadi 3 unsur yaitu susu, lilin serta bahan ringan dan benig. Bahan bahan yang pertamakali dibuat menggunakan bahan dasar karet yaitu pakaian tahan air, penutup bahan yag ahrus terhindar dari air, botol karet . karet penghapus dan lain-lain.

Kata rubber yang di kenal sekarang ini berasal dari bahasa iggir yang berasal dari kata to rub yang memiliki arti menggosok atau menghapus. Tahun 1791 Furcroy cara mengangkut karet.1803 John Cought bahwa karet dapat bertahan dengan panas. Sedangkan faradai menemukan sifat yang isolator pada sebuah karet.
Tanaman karet di Indonesia pertama kali dibudidayakan pada tahun 1876 di Kebun Raya Bogor.  Karet (Hevea barasiliesis) merupakan tanaman komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Negara.  Luas areal perkebunan karet tahun 2008 tercatat mencapai lebih dari 3,5 juta hektar yang sebagian besar yaitu 85% merupakan perkebunan karet rakyat dan hanya 8% perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunan besar milik Negara.  Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua Negara tetangga, Malaysia dan Thailand (Fauzi, 2008).

Pusat penanaman karet di pulau Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Dalam skala yang lebih kecil perkebunan karet didapatkan dipulau Jawa, Kalimantan dan daerah Indonesia Timur. Luas lahan di Jawa Barat pada tahun 1998 mencapai 87.948,5 Ha dengan produksi 54.359,7 ton. Luas lahan karet di Indonesia tahun 1992 mencapai 2,7-3 juta Ha dengan produktivitas yang masih rendah dibandingkan karet Malaysia dan Thailand.


Oleh sebab itu harus ada upaya untuk meningkatkan prosuksi perkebunan karet untuk enunjang perekamian masyarakat petani karet. Agar para petani karet dapat sejahtera sebagai mana mestinya. Hal ini harus ada campurtangan dari berbagai pihak diantaranya pemerintah dan para cendekiaa petani dilingkungan sekitar.

sejarah, karet, di indonesia, tanaman, perkebunan, perkembangan, pabrik, masuknya, masuk, pohon,